Sabtu, 13 Februari 2016

Sandwich Generation : Kekayaan dan Tantangan


Sejak tahun 2006, istilah "Sandwich Generation"
bisa kita jumpai dalam Oxford English and Merriam Websters Dictionary, maknanya adalah generasi yang berada di tengah rentang usia, menjadi pengasuh/ caregiver bagi orang tua / kakek-neneknya, dan sekaligus bagi anak/ cucunya.

Banyak yang memandang ini sebagai kesempatan untuk belajar dan berbakti secara maksimal kepada orang-orang yang telah berjasa membesarkannya, sementara mereka sendiri berada di usia yang sudah cukup matang. Namun di sisi lain tak dapat dipungkiri bahwa mereka sendiri juga sudah memiliki tanggungan keluarga yang penuh dinamika. Di saat kondisi fisik dan ekonomi sedang bersahabat, serta keluarga dalam keadaan baik-baik saja, maka semua akan tampak mudah. Masalah baru akan mulai terasa saat ada perubahan dalam keseimbangan tersebut.

Ketika anak perlu biaya sekolah, suami baru di_PHK, dan orangtua tiba-tiba harus dibawa ke rumah sakit karena stroke, bagaimana rasanya?

Ketika sedang sakit gigi lalu orang tua minta ditemani jalan-jalan ke pasar seperti kebiasaannya waktu muda, bagaimana cara menjawabnya?

Ketika kita sudah berhasil mengumpulkan sedikit uang dengan susah payah untuk liburan bersama keluarga, lalu nenek yang berada di luar kota minta dijemput dengan biaya yang tidak sedikit, mana yang harus diprioritaskan?

Karena setiap keluarga memiliki keunikannya masing-masing, tidak akan pernah ada satupun situasi yang sama persis, sehingga kita yang sedang berada di tengah kedua generasi tersebut juga tidak bisa menggantungkan diri kepada nasehat orang lain.


Angela Stringfellow dalam SeniorHomes.com terbitan 17 Januari 2014 memberikan beberapa tips tentang hal tersebut, dan di bawah ini kami menyarikannya bagi Anda. 

1. Perhatikan kesehatan fisik dan mental Anda sendiri. Pastikan bahwa Anda menjalani pola hidup sehat : cukup tidur, makan seimbang, berolahraga, beristirahat, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan. 





2. Komunikasikan apapun yang Anda lakukan dan rasakan. Acapkali kita merasa sungkan atau khawatir bahwa keresahan kita menjadi beban bagi anggota keluarga lain, baik pasangan maupun saudara kandung, sehingga beban tersebut kita simpan sendiri dan terus menumpuk menjadi gunungan beban yang lebih besar dari hari kehari, sementara kekuatan kita terus berkurang. Mengkomunikasikannya dengan baik akan membawa kemungkinan bantuan pemecahan masalah dari siapapun yang kita ajak berbagi.

3. Cari dan Terima pertolongan. Bagi orang-orang yang terbiasa hidup mandiri, hal ini adalah sesuatu yang harus dilatih. Ingatlah selalu bahwa kita semua memiliki keterbatasan. Jangan tersinggung apabila Ibu menolak sayur lodeh yang kita buat dengan susah payah lalu menyantap dengan lahap sayur lodeh yang dibawakan oleh Ibu Toni tetangga kita. Simpan saja itu sebagai memori, sehingga suatu saat kelak apabila Ibu sedang susah makan (dan ini sering terjadi pada orang tua), kita bisa menawarkan, "Apakah Ibu ingin dimasakkan sayur lodeh oleh Ibu Toni?". Di saat lain, kita juga akan dapat menawarkan pertolongan yang sama kepada Ibu Toni, bukan?


4. Kenali Sumberdaya di Sekitar. Perhatikan dan catat dengan seksama, di mana kita bisa menemukan rumah sakit, dokter, ambulans, asisten sementara, kursi roda, dan sebagainya. Kadang kita bisa jadi sangat bingung kalau harus bertugas beberapa hari ke luar kota, sementara di rumah ada anak-anak dan orang tua yang perlu mendapat perhatian khusus, karena kita tidak tahu bahwa di dekat rumah kita sebenarnya ada pengasuh/ asisten yang bisa melakukannya.

5. Pastikan bahwa Anda mengenali tenaga profesional sesuai dengan kebutuhan orang-orang tercinta yang berada dalam asuhan Anda. Bisa dokter, ahli gizi, fisioterapis, perawat, dan sebagainya.



Semoga tips yang kami bagikan kali ini bermanfaat!
Salam sehat!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar